Tahun ini menjadi tahun yang istimewa bagi Indonesia dalam dunia perbukuan dunia dengan menjadi Market Focus Country (MFC) di The London Book Fair 2019. Perbukuan Indonesia menjadi tamu istimewa di Inggris.
Sebagai MFC, Indonesia menjadi sorotan dunia. Harapannya, ini dapat membuka kesempatan bisnis yang seluas-luasnya dengan dunia terutama dalam industri perbukuan.
Hal ini tentu telah dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh Indonesia agar sorotan dunia benar-benar terarah ke Indonesia. Melalui National Organizing Committee (NOC), Indonesia menyiapkan sangat banyak acara yang melibatkan penulis dan penerbit Indonesia, termasuk acara yang tidak terkait dengan buku, mulai bidang kuliner, fesyen, film, seni pertunjukan, pameran arsitektur, desain grafis, ilustrasi, boardgames, sampai animasi digital.
Secara resmi ada 12 penulis dan 20 penerbit Indonesia (30 kalau digabungkan dengan bidang non-buku) yang diundang terbang ke London. Para penerbit ini kemudian disebut dengan co-exhibitor. Para penulis dan penerbit yang hadir di LBF 2019 ini sebelumnya mengikuti proses seleksi yang dilaksanakan oleh NOC.
Saya, mewakili kelompok penerbit Gramedia, terpilih menjadi co-exhibitor dalam acara ini. Fasilitas yang saya dapatkan dengan menjadi co-ex adalah tiket pesawat PP Jakarta-London dan booth di stan Indonesia.
Selama 12-14 Maret, saya berada di stan, mengadakan rapat dan bertemu dengan perwakilan penerbit dari beberapa negara, di antaranya Jepang, Korea, Cina, Inggris, Amerika Serikat, India, dan Malaysia. Satu hak cipta terjual, yaitu buku karya Naela Ali, berjudul Stories for Rainy Days. Sementara itu, ada 36 judul yang diminati.
Untuk LBF tahun ini, panitia sengaja mengundang banyak penerbit agar pasar hak cipta Indonesia dikenal lebih beragam. Para co-ex dibekali dengan ilmu menjual hak cipta dengan mengikuti 2 kali seminar mengenai penjualan hak cipta yang diadakan di Indonesia dan di London, sehari sebelum pameran dibuka.

Harapan saya, di tahun-tahun selanjutnya, apabila ada kesempatan lagi menjadi MFC, Indonesia lebih berkonsentrasi dalam pemberian dukungan terjemahan. Upaya penerjemahan yang lebih banyak lagi (dan tentu tetap dengan kualitas yang baik) akan sangat membantu mengembangkan perbukuan Indonesia di mata dunia. Saat ini, karya-karya Indonesia kurang dikenal dunia bukan karena karya-karyanya tidak bagus, tetapi orang-orang tidak dapat mengapresiasinya karena keterbatasan bahasa.

Tulisan ini diterima oleh booqsy.com pada 31 Maret 2019, sebagai catatan kecil keikutsertaan di The London Book Fair 2019.
Categories: London Book Fair
Wedha Stratesti
Staf Pemasaran Internasional Group of Retail and Publishing (GoRP), Kompas Gramedia; pernah menjadi editor buku di Bhuana Ilmu Populer, anak perusahaan GoRP, Kompas Gramedia.
Leave a Reply